Senin, 16 November 2015

Asal Mula Nama Jembatan Ampera

Asal Mula Nama Jembatan Ampera



Jembatan Ampera memiliki arti penting dalam sejarah perjuangan masyarakyat Sumatera Selatan pada pemerintahan Jepang. Perlawanan yang diberikan terhadap penjajah, sehingga memberikan inspirasi bagi pemerintah pusat untuk membangun Jembatan Ampera dan yang dapat menghubungkan ilir dan ulu, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kota Palembang di masa itu. Maka pada tahun 1962 Presiden pertama Republik Indonesia (RI) Ir Soekarno membuat sejarah, dengan meletakkan batu pertama memulai pembangunan Jembatan Ampera. Bung Karno mengalokasikan dana pemerintah hasil pampasan perang masa pemerintahan Jepang, untuk pembangunan jembatan ini hingga selesai pada tahun 1965. Masyarakat pun saat itu, langsung menobatkan nama jembatan tersebut dengan nama Jembatan Bung Karno. Masyarakat Palembang menilai pemberian nama itu sangat relevan, karena yang membangun dan memiliki interes yang cukup tinggi terhadap jembatan ini adalah Bung Karno.
     Namun, ketika terjadi pergolakan politik pada tahun 1965 dan seiring dengan perjalanan bangsa ini, masyarakat bersama pemerintah mengganti nama jembatan tersebut dengan nama Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat). Hingga sekarang, jembatan yang berada di atas Sungai Musi dengan segala keindahannya terutama pada malam hari itu, tetap memiliki nama Jembatan Ampera. Ini merupakan penghargaan atas perjuangan rakyat hingga dapat membebaskan negeri ini dari belenggu penjajahan. Untuk masyarakat Sumsel, khususnya warga Kota Palembang, Jembatan Ampera adalah hidup dan kehidupan mereka. Karena dengan adanya jembatan ini, maka akan lebih mempermudah akselerasi transportasi darat dari daerah Hulu Sungai ke Daerah Hilir Sungai Kota Palembang.
     Bahkan, begitu penting lagi bagi masyarakat Indonesia hingga kini, sebagai jalur transportasi darat untuk mengangkut kebutuhan pokok masyarakat dari Pulau Jawa ke Provinsi Jambi, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, dengan menggunakan Jalur Lintas Timur Sumatera. Tanpa ada jembatan Ampera, jalur transportasi itu akan terputus. Beberapa tahun kemudian, dibangun lagi satu jembatan di atas Sungai Musi di bagian barat yang disebut sebagai Jembatan Musi II. Jembatan itu dibangun pada masa Presiden Soeharto. Pada tahun 2002, muncul wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno untuk nama Jembatan tersebut. Hal ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat Palembang saat itu. Ide perubahan nama itu ditafsirkan oleh sebagian masyarakat sebagai suatu yang berbau politis, karena saat itu Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai presiden.
     Apalagi, asal mula dari ide merubah nama itu dianggap bukan dari masyarakat tetapi dari sekelompok orang yang mengajukan ke DPRD Sumsel. Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya, DPRD Sumsel yang sempat ikut menengahkan wacana itu, menolak penggantian nama tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar